Kehebatan AI DeepSeek Asal China: CEO Telegram Tetap Santai

Pavel Durov, pendiri sekaligus CEO Telegram, baru-baru ini menyampaikan pendapatnya tentang startup kecerdasan buatan (AI) asal China, DeepSeek, yang kini tengah menarik perhatian dunia. Dalam sebuah postingan di saluran Telegram resminya, Durov menyoroti keunggulan China dalam bidang AI, yang menurutnya mampu menyaingi dominasi Amerika Serikat. Ia mengaitkan keberhasilan DeepSeek dengan sistem pendidikan China yang mendorong perkembangan pesat di ranah AI.

Durov berpendapat bahwa sistem pendidikan menengah di China lebih efektif dibandingkan dengan sistem di negara-negara Barat, terutama dalam menumbuhkan semangat persaingan di antara para pelajar. “Di China, persaingan di antara siswa didorong secara intensif. Sistem ini, yang terinspirasi oleh model pendidikan Soviet, telah terbukti efektif dalam menghasilkan prestasi, terutama dalam bidang matematika dan sains,” ujar Durov. Pendekatan ini telah membawa para siswa China meraih sukses di berbagai kompetisi internasional, termasuk olimpiade pemrograman.

Sebaliknya, Durov mencatat bahwa banyak negara Barat, termasuk Amerika Serikat, cenderung menghindari sistem persaingan yang terlalu ketat di sekolah. Beberapa institusi bahkan melarang pengumuman nilai dan peringkat siswa untuk mengurangi tekanan sosial, meskipun kebijakan tersebut, menurut Durov, justru menurunkan motivasi siswa berbakat untuk berprestasi lebih tinggi. Bagi Durov, persaingan merupakan kunci untuk mencapai keunggulan akademis.

Lebih jauh, Durov mengaitkan keberhasilan DeepSeek dalam mengembangkan model AI dengan keunggulan sistem pendidikan di China. Pada Januari 2025, DeepSeek meluncurkan model AI terbarunya, DeepSeek R-1, yang berhasil menarik perhatian publik. Model ini menjadi pesaing serius bagi raksasa teknologi seperti OpenAI, Google, dan Meta di pasar global karena performanya yang mengungguli produk AI buatan AS.

DeepSeek R-1, yang merupakan chatbot canggih dengan kemampuan berpikir dan interaksi yang mendalam, menunjukkan hasil benchmark yang lebih baik daripada model-model AI populer seperti GPT-4 dan Llama 3.1. Keunggulan ini makin menarik perhatian, mengingat DeepSeek mampu dikembangkan dengan anggaran yang jauh lebih efisien. Sementara perusahaan-perusahaan AI dari AS menghabiskan miliaran dolar, DeepSeek berhasil menciptakan teknologinya dengan biaya sekitar 6 juta dolar AS, jauh lebih hemat dibandingkan dengan pengembangan GPT-4 yang mencapai 63 juta dolar AS.

Keberhasilan DeepSeek, yang berhasil mengatasi berbagai kendala, termasuk pembatasan ekspor chip canggih dari AS, menunjukkan kemampuan luar biasa China dalam mengembangkan teknologi AI secara efisien. Hal ini semakin mendukung pandangan Durov bahwa sistem pendidikan China, dengan fokus pada persaingan, berperan penting dalam menghasilkan inovasi yang mampu menantang dominasi pasar AI global oleh Amerika Serikat.

Dengan pencapaian tersebut, DeepSeek tidak hanya mengganggu posisi perusahaan-perusahaan AI besar asal AS, tetapi juga mengancam upaya Amerika Serikat untuk mempertahankan dominasinya di pasar teknologi AI internasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *