Mengungkap Sumber Air Melimpah di Umbul-Umbul Klaten
Kabupaten Klaten dikenal sebagai daerah yang kaya akan sumber mata air alami. Air yang jernih dan melimpah menjadikan banyak mata air di kawasan ini dimanfaatkan sebagai destinasi wisata. Salah satu contoh adalah Desa Ponggok di Kecamatan Polanharjo, yang berkembang menjadi desa wisata air berkat potensi sumber daya alamnya.
Di Desa Ponggok sendiri terdapat beberapa mata air terkenal, seperti Umbul Besuki, Umbul Sigedang, Umbul Ponggok, Umbul Kapilaler, dan Umbul Cokro. Setiap lokasi tersebut menawarkan pemandangan yang asri, air yang bening, serta atmosfer pedesaan yang sejuk dan nyaman. Keuntungan dari sektor wisata ini turut berkontribusi pada pembangunan desa, yang terlihat dari fasilitas umum yang semakin berkembang, termasuk kantor desa yang tampak megah. Selain itu, masyarakat setempat juga memanfaatkan air yang berlimpah untuk membudidayakan ikan air tawar. Dengan lahan perikanan seluas 5 hektare, Desa Ponggok mampu menghasilkan sekitar 0,57 ton ikan per hari.
Tak hanya di Ponggok, Kecamatan Tulung juga memiliki mata air yang dijadikan objek wisata, salah satunya Umbul Pelem. Pendapatan dari sektor wisata ini bahkan digunakan oleh Pemerintah Desa Wunut untuk memberikan tunjangan hari raya (THR) kepada warga, dengan nominal Rp 200.000 per orang.
Selain di kedua wilayah tersebut, beberapa desa lain di Klaten juga memiliki sumber mata air dengan debit besar. Beberapa di antaranya adalah Umbul Gedong di Desa Gedong Jetis, Umbul Jolotundo di Desa Jambeyan, serta Umbul Manten dan Umbul Siblarak di Desa Sidowayah. Keberadaan mata air yang melimpah ini menjadi faktor utama kesejahteraan masyarakat setempat.
Selain mendukung sektor wisata dan perikanan, keberlimpahan air di Klaten juga menjadi alasan utama berdirinya pabrik air minum Aqua di Delanggu. Selain itu, air yang berlimpah menjadikan daerah ini sebagai salah satu kawasan persawahan utama di Jawa Tengah, yang berperan besar dalam produksi beras di wilayah tersebut.
Dari Mana Asal Sumber Air di Klaten?
Pernahkah Anda bertanya-tanya dari mana asal air yang begitu melimpah di Klaten? Berdasarkan penelitian, sumber air tersebut berasal dari lereng Gunung Merapi, tepatnya di kawasan Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali.
Menurut Profesor Heru Hendrayana, seorang pakar hidrogeologi dari Universitas Gadjah Mada, penelitian yang dilakukan menggunakan berbagai metode menunjukkan bahwa mata air di Klaten berasal dari area resapan di lereng timur Merapi, pada ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan laut.
“Air yang muncul sebagai umbul di Klaten memiliki sidik jari atau DNA yang bisa diteliti berdasarkan karakteristik geologi, kandungan kimia, serta isotopnya. Dengan metode ini, kita dapat menentukan asal usul air dan pada ketinggian berapa air itu meresap sebelum muncul ke permukaan,” jelas Profesor Heru.
Proses Terbentuknya Mata Air di Klaten
Wilayah sekitar Gunung Merapi berperan sebagai daerah resapan yang sangat baik karena struktur geologinya. Gunung yang masih aktif ini menghasilkan batuan vulkanik yang bersifat poros dan kaya akan pasir, sehingga memungkinkan air hujan terserap dengan baik ke dalam tanah.
Air yang meresap ini kemudian mengalir melalui berbagai lapisan batuan di bawah permukaan. Sebagian air bergerak di kedalaman tertentu, sementara sebagian lainnya muncul di permukaan sebagai mata air atau umbul.
Menurut penelitian, mata air yang muncul di daerah Klaten terbagi ke dalam beberapa kategori berdasarkan ketinggiannya:
- Pada ketinggian di atas 600 meter di atas permukaan laut, air muncul sebagai mata air yang tersebar dan bersifat temporer.
- Pada ketinggian sekitar 400 meter, terdapat deretan mata air yang membentuk sabuk pertama atau spring belt 1, dengan debit yang sedang.
- Di ketinggian sekitar 200 meter, terdapat sabuk kedua, yang merupakan sumber mata air permanen dengan debit besar lebih dari 1 meter kubik per detik. Di sinilah berbagai umbul di Klaten, seperti di Kecamatan Polanharjo dan Tulung, berada.
Selain menjadi sumber mata air bagi wisata dan masyarakat setempat, daerah resapan ini juga membentuk tiga Daerah Aliran Sungai (DAS), yakni Sungai Brambang, Sungai Pusur, dan Sungai Soka, yang semuanya bermuara di Bengawan Solo.
Pentingnya Konservasi Sumber Air
Mengingat besarnya peran sumber air ini bagi sektor wisata, industri, dan pertanian di Klaten, upaya konservasi di daerah resapan harus terus dilakukan.
Profesor Heru menekankan pentingnya penentuan lokasi konservasi yang tepat. “Banyak orang melakukan konservasi di tempat yang salah, sehingga air yang diharapkan tersimpan justru tidak menjadi sumber imbuhan bagi mata air. Oleh karena itu, pendekatan berbasis penelitian sangat diperlukan,” ungkapnya.
Saat ini, berbagai langkah konservasi telah diterapkan di daerah resapan di lereng timur Merapi, seperti:
- Penanaman kembali pohon-pohon asli di hutan Taman Nasional Gunung Merapi.
- Pengembangan pertanian berbasis konservasi dengan sistem kemiringan tertentu untuk mencegah limpasan air.
- Pembuatan sumur resapan guna menampung air hujan agar terserap ke dalam tanah.
- Budidaya tanaman seperti kopi dan teh yang berfungsi sebagai penyerap air dan pencegah erosi.
“Pada dasarnya, jumlah air di bumi tetap, namun lokasinya bisa berpindah. Konservasi bertujuan agar air yang ada tidak cepat mengalir ke laut, tetapi tetap bisa dimanfaatkan di daerah hulu maupun hilir,” tambahnya.
Mengapa Air di Klaten Begitu Jernih?
Salah satu keunikan air di Klaten adalah kejernihannya yang luar biasa. Menurut Profesor Heru, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
- Minimnya polusi – Air hujan yang turun di kawasan pegunungan masih sangat bersih karena tidak tercemar oleh aktivitas industri atau limbah rumah tangga.
- Proses filtrasi alami – Air yang meresap ke dalam tanah melalui batuan vulkanik mengalami proses penyaringan alami, sehingga tetap jernih saat keluar sebagai mata air.
- Kandungan mineral alami – Air yang melewati lapisan batuan akan membawa mineral tertentu, yang tidak hanya membuatnya segar tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan.
Oleh karena itu, sumber air yang berasal dari pegunungan sering dianggap sebagai air terbaik karena masih alami dan kaya akan kandungan mineral dari batuan vulkanik.
Dengan berlimpahnya sumber mata air ini, Klaten tak hanya menjadi pusat wisata air, tetapi juga berperan penting dalam sektor pertanian dan industri di Jawa Tengah. Oleh karena itu, upaya pelestarian daerah resapan air di lereng Merapi menjadi kunci utama agar mata air ini tetap lestari untuk generasi mendatang.