Misteri Kain Kafan Turin: Bukti Sejarah atau Sekadar Artefak Kuno?
Kain Kafan Turin kembali menjadi perbincangan setelah penelitian yang dirilis pada 2022 mengungkap bahwa kain ini kemungkinan berasal dari sekitar 2.000 tahun yang lalu, mematahkan anggapan lama yang menyebutnya sebagai artefak abad pertengahan. Meskipun temuan ini telah dipublikasikan beberapa tahun lalu, baru belakangan ini penelitian tersebut mendapat sorotan luas dari media di Inggris, Amerika Serikat, dan Irlandia, menghidupkan kembali perdebatan lama tentang keaslian kain kafan tersebut. Banyak umat Kristen percaya bahwa kain ini adalah kain penguburan Yesus, yang secara ajaib mencetak bayangan tubuh-Nya setelah wafat.
Kain Kafan Turin adalah lembaran linen sepanjang 4,42 meter dengan lebar 1,21 meter yang menampilkan noda darah serta siluet samar seorang pria berjanggut dengan mata cekung, terlihat dari sisi depan dan belakang. Beberapa tanda yang tampak di kain ini diyakini sesuai dengan luka-luka yang disebutkan dalam narasi penyaliban Yesus, seperti bekas pukulan di punggung, memar akibat memikul salib, serta luka di kepala yang diyakini berasal dari mahkota duri. Berdasarkan catatan sejarah, Yusuf dari Arimatea membungkus jasad Yesus dengan kain kafan sebelum menguburkannya, sebagaimana tertulis dalam Alkitab.
Keberadaan kain kafan ini pertama kali diketahui pada abad ke-14 ketika seorang ksatria bernama Geoffroy de Charny menyerahkannya kepada sebuah gereja di Lirey, Prancis. Namun, pada tahun 1389, Uskup Troyes, Pierre d’Arcis, menyatakan bahwa kain tersebut adalah pemalsuan. Seiring waktu, kain ini kemudian dipindahkan ke kapel kerajaan di Katedral San Giovanni Battista, Turin, Italia, dan hanya diperlihatkan kepada publik dalam kesempatan khusus. Pada 1988, ilmuwan dari Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat melakukan uji radiokarbon pada sebagian kecil kain dan menyimpulkan bahwa kain ini berasal dari abad ke-13 hingga ke-14, memperkuat anggapan bahwa itu adalah artefak abad pertengahan.
Namun, penelitian terbaru oleh ilmuwan dari Institut Kristalografi Italia memberikan hasil yang berbeda. Mereka meneliti delapan benang kecil rami dari kain tersebut menggunakan teknologi sinar-X untuk mengukur tingkat degradasi selulosa seiring waktu. Dengan mempertimbangkan suhu penyimpanan kain sepanjang sejarahnya, mereka menyimpulkan bahwa kain ini kemungkinan besar dibuat sekitar 2.000 tahun yang lalu. Para ilmuwan berpendapat bahwa metode ini lebih akurat dibandingkan uji radiokarbon, yang cenderung memberikan hasil tidak akurat karena kontaminasi bahan organik. Selain itu, pola tenunan kain ini lebih sesuai dengan gaya kain kuno daripada kain yang dibuat pada Abad Pertengahan.
Meski begitu, temuan ini tidak serta-merta membuktikan bahwa Kain Kafan Turin benar-benar digunakan untuk membungkus tubuh Yesus. Para peneliti hanya menyatakan bahwa kain ini berasal dari zaman yang sama dengan kehidupan-Nya. Perdebatan mengenai keaslian kain kafan ini terus berlanjut, dengan lebih dari 170 makalah akademis telah dipublikasikan sejak 1980-an, baik yang mendukung maupun yang membantah keasliannya. Hingga kini, Vatikan sendiri masih belum memberikan pernyataan tegas mengenai status kain ini sebagai kain kafan penguburan Yesus yang sebenarnya.