Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, namun penggunaannya dapat membawa dampak positif maupun negatif. Baru-baru ini, seorang karyawan BUMN harus menerima konsekuensi berat setelah dipecat karena unggahannya yang menghina karyawan honorer. Tak hanya masyarakat biasa, para pejabat tinggi pun bisa mengalami dampak serupa, di mana rekam jejak digital dapat mempengaruhi karier politik mereka.

Meski demikian, media sosial juga menawarkan berbagai manfaat positif. Platform ini telah membuka peluang profesi baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan penggunanya. Selain itu, media sosial sering kali menjadi alat perjuangan untuk menyuarakan kepentingan publik. Fenomena “No Viral No Justice” menjadi bukti bahwa kekuatan media sosial mampu membawa perubahan sosial yang lebih luas.

Dalam sebuah dialog di Pro 2 Jogja pada Senin (10/2/2025), Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si., menjelaskan bahwa penting bagi masyarakat untuk memahami dan mengantisipasi dampak negatif dari penggunaan media sosial. Beberapa risiko yang perlu diwaspadai meliputi kecanduan media sosial, cyberbullying, hingga pengaruh buruk terhadap perkembangan anak dan remaja. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk memanfaatkan media sosial dengan bijak.

Dr. Hadi menekankan bahwa kunci utama adalah memanfaatkan media sosial untuk kontribusi positif. Dari perspektif psikologi, platform ini dapat memperkuat hubungan sosial, merangsang kreativitas, serta memenuhi kebutuhan psikologis individu. Selain itu, mendengar kisah sukses orang lain yang berhasil menghadapi tantangan hidup bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi.

Pada dasarnya, media sosial merupakan alat yang bisa memberikan dampak besar, baik positif maupun negatif, tergantung pada bagaimana penggunanya memanfaatkannya. Dengan kesadaran akan konsekuensi dari setiap interaksi digital, seseorang dapat menggunakannya sebagai wadah untuk menyebarkan hal-hal bermanfaat, mengasah keterampilan, serta memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sosial.