Putri Sparta yang Menaklukkan Olimpiade Tanpa Menginjakkan Kaki di Arena
Sekitar dua milenium yang lalu, seorang putri dari negeri Sparta bernama Kyneska berhasil mengukir sejarah dengan menjadi perempuan pertama yang memenangkan Olimpiade. Kejadian luar biasa ini terjadi pada tahun 396 dan 392 Sebelum Masehi. Meski berasal dari kalangan kerajaan, Kyneska tetap harus menghadapi kenyataan bahwa Olimpiade saat itu melarang perempuan, bahkan sekadar menjadi penonton pun bisa berujung hukuman mati bagi perempuan yang telah menikah. Kaum perempuan hanya diizinkan mengikuti festival terpisah untuk Dewi Hera, yang terbatas hanya untuk gadis-gadis muda dan lajang.
Kendati begitu, Kyneska berhasil menemukan celah. Ia tidak ikut berlaga secara langsung, melainkan mendaftarkan tim dan kudanya dalam perlombaan kereta kuda. Saat itu, gelar juara diberikan kepada pemilik kuda, bukan sang kusir. Dengan demikian, Kyneska mampu memenangkan kompetisi tanpa harus hadir di arena yang dilarang untuk kaum perempuan. Sebagai bangsawan Sparta, Kyneska memang memiliki hak istimewa yang tak dimiliki oleh perempuan Yunani pada umumnya. Ia adalah putri dari Raja Archidamus II dan saudari dari Raja Agesilaus II, dan kehidupannya dikelilingi oleh kemewahan serta kekuasaan.
Sparta sendiri memiliki pandangan unik tentang perempuan, yang berbeda dari wilayah Yunani lainnya. Di Sparta, perempuan didorong untuk kuat secara fisik dan mental, dan mereka juga bisa mewarisi serta mengelola harta sendiri, termasuk kuda. Diketahui bahwa Kyneska memiliki peternakan kuda dan sangat mencintai hewan-hewan tersebut. Beberapa pihak meyakini bahwa keterlibatannya di Olimpiade didorong oleh kakaknya sendiri, Raja Agesilaus, sebagai bentuk strategi untuk menunjukkan dominasi Sparta dalam ajang paling prestisius itu.