Republik yang Terlupakan: Ketika Suku Guna Menantang Kekuasaan Panama
Seratus tahun lalu, masyarakat adat Guna yang tinggal di kepulauan Guna Yala, utara Panama, melancarkan pemberontakan besar demi mempertahankan hak dan tradisi mereka. Wilayah ini, yang dikenal juga sebagai San Blas, telah lama menjadi rumah bagi suku Guna. Namun ketika Panama merdeka dari Kolombia pada 1903, pemerintah baru mulai menyebarkan kekuasaan ke seluruh negeri, termasuk ke wilayah-wilayah adat. Pemerintah mendirikan pusat administrasi dan menempatkan polisi di daerah tersebut, dengan tujuan menghapus tradisi lokal dan mengganti kepemimpinan adat dengan otoritas pusat.
Tindakan ini memicu amarah masyarakat Guna yang merasa identitas dan kebiasaan mereka terancam. Pemerintah bahkan melarang perempuan Guna mengenakan pakaian tradisional seperti mola, serta memaksa mereka berbusana ala Barat. Polisi juga berlaku kasar terhadap warga dan tidak menghormati para pemimpin adat. Kekacauan terus terjadi antara 1921 hingga 1925. Di tengah tekanan tersebut, dua tokoh penting, Nele Kantule dan Simral Colman, muncul sebagai pemimpin revolusi. Mereka dihormati karena pengetahuan tentang adat dan pengaruh spiritual di komunitas mereka.
Didorong oleh keinginan mempertahankan kedaulatan dan budaya, mereka mendirikan Republik Dule, sebuah negara merdeka yang bertahan singkat namun sangat berarti. Dukungan tak terduga datang dari akademisi asing yang tertarik pada kondisi unik suku Guna, termasuk kasus albino yang tinggi di antara mereka. Solidaritas dari luar memperkuat posisi mereka, membuat pemberontakan ini dikenal luas dalam sejarah masyarakat adat di Amerika Latin. Revolusi Dule bukan hanya perlawanan terhadap kekuasaan, melainkan juga perjuangan menjaga identitas dan hak untuk menentukan nasib sendiri.