Gedung Bersejarah di Surabaya: Dijaga 2 Patung Singa Selama 123 Tahun
Di Surabaya, berdiri bangunan kolonial Belanda yang dikenal sebagai Gedung Singa. Nama ini berasal dari kehadiran dua patung singa yang “menjaga” pintu masuknya sejak lebih dari seabad lalu.
Berlokasi di Jalan Jembatan Merah No. 19, Surabaya, gedung ini menonjol dengan dua patung singa yang menjadi ciri khasnya. Kedua patung ini ditempatkan di depan gedung, menambah aura unik dan megah pada bangunan bersejarah ini.
Cuypers en Hulswit-Fermont in Nederlands-Indië 1897-1927 karya Obbe Norburis, Gedung Singa awalnya bernama Algemeene Maatschappij van Levensverzekering en Lijfrente (Perusahaan Umum Asuransi Jiwa dan Tunjangan Hidup). Kini, usia gedung tersebut telah mencapai 123 tahun, pertama kali dibangun pada tahun 1901.
Warga Surabaya sejak dulu menyebut bangunan ini sebagai “Gedung Singa” karena adanya dua patung singa bersayap yang terletak di depan pintu masuk utama. Singa bersayap ini bukanlah singa lokal, tetapi terinspirasi dari singa-singa mitologi luar negeri, seperti yang ditemukan dalam budaya Mesir.
Dalam budaya Mesir Kuno, singa dianggap sebagai hewan yang spesial, melambangkan kekuatan hidup dan kematian serta sering diasosiasikan dengan matahari dan Firaun. Patung singa di Gedung Singa pun memiliki simbol matahari pada bagian dadanya, sebagai penghormatan terhadap tradisi simbolik ini.
Makna Filosofi Patung Singa
Sejarawan dari Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo, menjelaskan bahwa penempatan patung singa ini juga berkaitan dengan simbolisme teologi Yunani, yang melambangkan kemakmuran. “Patung singa ini menyimpan banyak filosofi, termasuk simbol teologi Yunani yang bermakna kemakmuran. Tidak hanya patung, lukisan di atasnya pun memiliki makna mendalam,” ujar Kuncar, Kamis (17/10).
Selain itu, terdapat juga lukisan porselen di bagian atas Gedung Singa yang mencerminkan perpaduan antara simbol Eropa kuno dan unsur lokal, dengan gambar perempuan berkebaya yang sedang menggendong anak. Di lukisan tersebut juga terdapat angka “1880,” sebagai penanda berdirinya jaringan asuransi pertama di Belanda.
Perubahan Kepemilikan Gedung Singa
Pada tahun 1957, Gedung Singa yang terletak di kawasan Jembatan Merah ini diambil alih oleh PT Jiwasraya dalam proses nasionalisasi aset. Saat ini, gedung tersebut tetap menjadi salah satu aset milik Jiwasraya, meskipun kantor asuransi mereka telah pindah ke lokasi yang lebih modern mengikuti perkembangan zaman.
Dengan sejarah yang panjang dan penuh filosofi, Gedung Singa tetap menjadi salah satu ikon arsitektur kolonial di Surabaya, menghadirkan kisah budaya, sejarah, dan makna mendalam bagi para pengunjung dan masyarakat setempat.