Penelitian Terbaru Mengungkap Dinamika Budaya di Era Digital: Temuan Menarik dari Kajian Antropologi
Surabaya, 3 September 2024 – Dunia antropologi mendapatkan sorotan baru pada hari ini dengan rilisnya hasil penelitian terkini mengenai dampak era digital terhadap dinamika budaya masyarakat. Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Airlangga (UNAIR) dan dipimpin oleh Dr. Rina Utami, seorang ahli antropologi budaya yang telah lama berfokus pada pengaruh teknologi terhadap struktur sosial.
Dalam penelitiannya, Dr. Rina Utami mengungkapkan bagaimana perkembangan teknologi digital, terutama media sosial dan aplikasi komunikasi, telah mengubah cara masyarakat berinteraksi dan membentuk identitas budaya mereka. “Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam cara kita berkomunikasi dan membangun hubungan sosial. Ini mempengaruhi norma-norma budaya dan tradisi yang telah ada sejak lama,” jelas Dr. Rina dalam konferensi pers yang diadakan hari ini.
Salah satu temuan utama dari penelitian ini adalah bagaimana media sosial telah menciptakan ruang baru bagi ekspresi budaya dan identitas. “Media sosial memberikan platform bagi individu untuk berbagi budaya dan pengalaman mereka dengan audiens global, yang memperluas pemahaman kita tentang keragaman budaya,” kata Dr. Rina. Namun, ia juga menyoroti tantangan yang muncul, seperti homogenisasi budaya dan hilangnya keunikan lokal yang seringkali tergerus oleh tren global.
Penelitian ini juga menyoroti fenomena “digitalisasi tradisi,” di mana elemen-elemen budaya tradisional diadaptasi ke dalam format digital untuk mempertahankan relevansi di era modern. Misalnya, upacara adat dan festival budaya kini seringkali disiarkan secara online, memungkinkan masyarakat yang berada di luar daerah untuk berpartisipasi secara virtual.
Dr. Rina Utami dan timnya juga mengeksplorasi dampak digitalisasi terhadap hubungan sosial dan komunitas lokal. Mereka menemukan bahwa sementara teknologi digital dapat mempererat hubungan antara individu yang terpisah jarak, ia juga dapat menimbulkan kesenjangan antara generasi. “Ada pergeseran dalam cara orang tua dan anak-anak berinteraksi, dengan generasi muda yang lebih nyaman menggunakan platform digital dibandingkan interaksi tatap muka,” ungkap Dr. Rina.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi akademisi dan praktisi tentang bagaimana kita dapat memahami dan merespons perubahan budaya yang dipicu oleh kemajuan teknologi. Dr. Rina menekankan pentingnya adaptasi dalam pendekatan antropologi untuk memahami dan memitigasi dampak dari transformasi digital. “Kita perlu terus memantau dan meneliti bagaimana teknologi membentuk kembali budaya kita agar kita bisa mempertahankan nilai-nilai kultural sambil beradaptasi dengan perkembangan zaman,” tutupnya.
Temuan ini telah menarik perhatian luas di kalangan akademisi dan praktisi, serta menjadi topik diskusi hangat dalam seminar dan konferensi mendatang.