Pengungkap Misteri: Siapa yang Membangun Piramida Mesir?
Piramida-piramida Mesir berdiri kokoh di tengah padang pasir, menjadi saksi bisu kemegahan peradaban kuno yang luar biasa. Namun, di balik keindahan arsitektur ini, muncul pertanyaan yang mengundang rasa penasaran: siapa yang membangun piramida-piramida tersebut? Selama bertahun-tahun, beragam teori bermunculan, mulai dari perbudakan orang Yahudi, kota Atlantis yang hilang, hingga campur tangan makhluk luar angkasa. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu arkeologi, semakin jelas bahwa sebagian besar teori ini tidak didukung oleh bukti yang kuat. Teori yang menyebutkan bahwa orang Yahudi diperbudak untuk membangun piramida ternyata tidak memiliki bukti arkeologis yang mendukungnya. “Kami tidak menemukan satu petunjuk pun, bahkan satu kata pun, mengenai orang Israel awal di Mesir,” tulis arkeolog Israel Finkelstein dan Neil Asher Silberman dalam buku The Bible Unearthed (2001). Mereka menambahkan bahwa kota “Ramesses” yang disebut dalam Alkitab baru dibangun berabad-abad setelah pembangunan piramida selesai. Begitu pula dengan Atlantis, yang hingga kini belum ditemukan dalam catatan sejarah atau bukti arkeologis. Sedangkan, anggapan bahwa alienlah yang membangunnya lebih cocok untuk cerita fiksi ilmiah daripada kajian sejarah.
Bukti-bukti Arkeologis: Karya Bangsa Mesir Kuno
Penelitian arkeologi kini mengungkapkan bahwa piramida-piramida tersebut dibangun oleh orang Mesir itu sendiri. Piramida pertama yang dibangun adalah piramida bertingkat pada masa pemerintahan Firaun Djoser (sekitar 2630–2611 SM). Kemudian, piramida bersisi halus pertama dibangun oleh Firaun Snefru, dan puncaknya adalah pembangunan Piramida Agung di Giza oleh Firaun Khufu (sekitar 2551–2528 SM). Dua penerus Khufu, yakni Firaun Khafre dan Menkaure, juga membangun piramida di kawasan yang sama.
Siapa yang Membangun Piramida?
Dalam beberapa dekade terakhir, para arkeolog telah menemukan banyak petunjuk mengenai kehidupan para pekerja yang membangun piramida. Salah satu penemuan penting adalah dokumen papirus yang ditemukan di Wadi al-Jarf pada tahun 2013. Dokumen ini mencatat seorang pengawas bernama Merer yang memimpin 200 pekerja untuk mengangkut batu kapur dari Tura ke Giza dengan perahu di Sungai Nil. Batu kapur ini digunakan untuk menutupi permukaan luar piramida. Temuan ini memberikan gambaran nyata tentang logistik di balik proyek besar ini. Para pekerja ini bukanlah budak, melainkan tenaga profesional yang mungkin bekerja sepanjang tahun. Beberapa di antaranya bahkan melakukan perjalanan jauh ke tempat seperti Gurun Sinai untuk mengerjakan proyek konstruksi lainnya. Menurut Pierre Tallet, seorang profesor Egyptologi dari Universitas Paris-Sorbonne, para pekerja diberikan makanan seperti kurma, sayuran, unggas, dan daging. Selain itu, mereka juga menerima kain tekstil yang kemungkinan besar digunakan sebagai bentuk pembayaran pada masa itu.
Kehidupan Para Pekerja: Bukti Kehidupan Sehari-hari
Mark Lehner dari Ancient Egypt Research Associates (AERA) memimpin penggalian kota para pekerja di dekat Piramida Menkaure. Di sana, ditemukan bukti bahwa penduduk kota tersebut memproduksi roti dalam jumlah besar, menyembelih ribuan hewan, dan membuat bir dalam jumlah besar. Diperkirakan sekitar 1.800 kilogram hewan—seperti sapi, kambing, dan domba—disembelih setiap hari untuk memenuhi kebutuhan gizi para pekerja. Yang menarik, kerangka para pekerja yang ditemukan di sekitar situs menunjukkan bahwa tulang mereka yang patah telah disambung dengan baik, yang menunjukkan bahwa mereka mendapat perawatan medis—sesuatu yang tidak mungkin diberikan kepada budak.
Struktur Sosial Para Pekerja
Meski bukan budak, struktur sosial di kalangan pekerja tetap terlihat jelas melalui pembagian tempat tinggal dan jatah makanan. Pejabat tinggi yang terlibat dalam pembangunan piramida tinggal di rumah besar dan menikmati potongan daging terbaik. Sebaliknya, para pekerja biasa kemungkinan besar tinggal di bangunan sederhana atau gubuk di dekat piramida. Lehner juga mencatat bahwa beberapa pejabat mungkin menerima imbalan berupa tanah, seperti yang tercatat dalam sejarah Mesir pada periode lainnya. Namun, belum ada bukti konkret apakah hal ini berlaku juga untuk mereka yang terlibat dalam pembangunan piramida.
Piramida-piramida Mesir tidak dibangun melalui kerja paksa atau teknologi luar angkasa. Piramida-piramida ini merupakan hasil kerja keras, dedikasi, dan keterampilan bangsa Mesir kuno yang bekerja secara terorganisir, dengan mendapatkan upah, makanan, bahkan perawatan medis. Seiring waktu, temuan-temuan baru semakin membuka jendela sejarah yang lebih jelas tentang siapa dan bagaimana struktur megah ini dibangun. Seperti kata pepatah Mesir kuno: “Manusia mati, tetapi karyanya abadi.”