Arkeologi sebagai Pondasi dalam Pembangunan Berkelanjutan
Situs-situs bersejarah dan temuan artefak warisan leluhur menjadi bukti penting dari peradaban masa lalu. Sayangnya, banyak dari situs ini kini terancam akibat pesatnya pembangunan. Hal ini menuntut adanya riset-riset arkeologi yang menjadi dasar untuk merencanakan pembangunan daerah dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya yang ada. Untuk itu, komitmen bersama sangat diperlukan dalam melestarikan warisan leluhur.
Iwan Kristiawan, seorang ahli arkeologi dari Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) wilayah Bali dan Nusa Tenggara, menyatakan bahwa temuan artefak memberikan wawasan tentang pemilihan lokasi bangunan oleh nenek moyang. Lokasi-lokasi tersebut biasanya dipilih karena memiliki hubungan erat dengan alam atau Tuhan, yang seringkali terletak di kawasan tinggi. Menurutnya, arkeologi sangat penting untuk memberikan bukti ilmiah tentang hal tersebut.
Namun, saat ini banyak situs bersejarah yang kondisinya memburuk karena pembangunan yang melibatkan pengolahan mineral atau konversi lahan. Contohnya adalah wilayah Hu’u di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, yang memiliki situs makam leluhur di atas bukit, namun kini terancam oleh eksplorasi pertambangan.
Iwan menekankan bahwa seringkali nilai budaya lebih rendah dipandang dibandingkan dengan keuntungan materi, seperti emas. Hal ini menjadi tantangan besar. Menurutnya, jika semua pihak mengelola kawasan dengan prinsip keberlanjutan sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), maka generasi masa depan bisa tetap merasakan manfaat dari warisan budaya. Namun, jika dieksploitasi habis, generasi mendatang hanya bisa mendengar cerita tentang kejayaan masa lalu.
Iwan juga menambahkan bahwa setiap daerah memiliki identitas dan etnisitas yang berbeda, yang memengaruhi cara pengelolaan sumber daya budaya dan arkeologi. Para arkeolog perlu menyampaikan pentingnya pelestarian dan memberikan solusi yang sejalan dengan prinsip keberlanjutan.