Meluasnya Alam Semesta Lebih Cepat dari Teori, Apa Konsekuensinya?
Para ilmuwan dihadapkan pada misteri besar yang mengancam fondasi fisika modern: mengapa alam semesta berkembang dengan kecepatan yang sulit dijelaskan? Temuan terbaru menunjukkan bahwa model kosmologi yang telah diandalkan selama puluhan tahun mungkin perlu direvisi. Fenomena ini dikenal sebagai “Hubble tension,” yakni perbedaan mencolok antara dua metode utama pengukuran kecepatan ekspansi alam semesta. Pengamatan terbaru, termasuk dari teleskop Hubble dan James Webb, menunjukkan bahwa ekspansi alam semesta bervariasi tergantung pada wilayah yang diamati.
“Ketegangan ini sekarang berubah menjadi krisis,” ujar Dan Scolnic, seorang profesor fisika di Duke University. “Ini menunjukkan bahwa model kosmologi kita mungkin tidak sepenuhnya akurat.”
Dua Metode, Dua Hasil yang Berbeda
Para astronom menggunakan dua pendekatan utama untuk menghitung konstanta Hubble, angka yang menggambarkan kecepatan ekspansi alam semesta:
- Radiasi Latar Kosmik (CMB)
Metode ini menggunakan pengamatan alam semesta sekitar 380.000 tahun setelah Big Bang, yang diperoleh dari satelit Planck. Pengukuran ini menghasilkan angka 67 km/detik/Megaparsec (Mpc). - Tangga Jarak Kosmik
Pendekatan ini memanfaatkan bintang Cepheid, yang memiliki pola cahaya tertentu untuk menghitung jarak. Perbandingan antara kecerahan intrinsik bintang ini dengan cahaya yang terlihat dari Bumi menghasilkan angka 73 km/detik/Mpc.
Sebagai informasi, 1 Mpc setara dengan sekitar 3,26 juta tahun cahaya, atau sekitar 3,086 × 10¹³ kilometer.
Perbedaan antara hasil kedua metode tersebut jauh melampaui rentang kesalahan yang dapat diterima, menimbulkan keraguan besar terhadap keakuratan model kosmologi standar.
Studi Baru Memperburuk Kebingungan
Penelitian terbaru menggunakan Dark Energy Spectroscopic Instrument (DESI), yang memetakan posisi jutaan galaksi untuk mengukur laju ekspansi alam semesta. Data ini menunjukkan angka yang bahkan lebih tinggi, yaitu 76,5 km/detik/Mpc. Temuan ini memperkuat pandangan bahwa alam semesta mungkin berkembang jauh lebih cepat daripada yang diprediksi sebelumnya.
Scolnic dan timnya juga mengamati 12 supernova tipe Ia di gugus galaksi Coma, sekitar 320 juta tahun cahaya dari Bumi, untuk meningkatkan akurasi tangga jarak kosmik. Hasil penelitian mereka justru semakin menambah kerumitan masalah kosmologi ini.
Apakah Model Kosmologi Perlu Direvisi?
Jika hasil ini terus terkonfirmasi, teori kosmologi standar yang telah digunakan selama lebih dari 40 tahun mungkin perlu direvisi secara besar-besaran. “Kita kini berada di titik di mana model yang telah bertahan selama 25 tahun tidak lagi sesuai dengan data,” kata Scolnic.
Penemuan ini membuka peluang untuk pemahaman baru tentang alam semesta. “Mungkin ini akan mengubah cara kita memandang alam semesta, dan itu sangat menarik!” tambah Scolnic.
Meski para ilmuwan belum menemukan teori baru untuk menggantikan model lama, satu hal yang jelas: kosmologi masih menyimpan misteri yang luar biasa, dan setiap jawaban yang ditemukan justru membuka lebih banyak pertanyaan.